(1). Tidak menyakiti orang lain.
“Orang
Muslim adalah orang yang ingin Muslim lainnya selamat dari (keusilan)
lidah dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan
apa yang dilarang Allah atas dirinya” H.R. Al-Bukhari dari Abdullah bin Amru.
(2).
Menyingkirkan benda menyakitkan dari jalan.
“Iman itu
ada tujuh puluh sekian atau enam pulih sekian cabang. Yang paling utama adalah
ucapan laa ilaaha illallaah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan benda
dari jalanan dan malu termasuk cabang keimanan.” H.R.Muslim dari Abu Hurairah
r.a. Mneyingkirkan benda yang menyakitkan dari jalan adalah salah satu bentuk
manifestasi dzikir yang bisa menjauhkan manusia dari api neraka.
3). Malu.
Malu adalah
perhiasan wanita yang paling indah dan elok, bahkan merupakan sebagian dari
iman dan Nabi SAW sendiri pun terkenal sangat pemalu. Hal ini karena malu
menganjurkan kebaikan dan menghindarkan keburukan.
Malu
mencegah kealpaan untuk bersyukur kepada yang memberi nikmat dan mencegah
kelalaian menunaikan hak orang yang memiliki hak. Disamping itu, malu juga
mencegah berbuat/berkata kotor demi menghindari celaan dan kecaman.
Malu adalah
rasa yang membuat seorang mukmin urung melakukan maksiat karena perasaan serba
salah jika sampai dilihat oleh Allah. Malu yang berlebihan adalah rasa sungkan
yang justru merupakan kelemahan ental dan sering menimbulkan banyak masalah.
Sikap keterlaluan perempuan dalam tertutup dan mengurung diri dari pergaulan
dengan laki-laki bukanlah rasa malu, melainkan lebih merupakan faktor
kesungkanan.
Kewajiban
dalam rasa malu ada empat:
• Berpakaian menutup aurat
• Memandang menahan pandangan matanya
• Berbicara tidak bergaya centil dan manja
ketika berbicara.
• Pergaulan tidak berdesakan dengan lelaki
(4). Santun berbicara.
“Sesungguhnya
seseorang mengatakan satu patah kata yang ia pandang tidak ada masalah.
Padahal, sepatah kata itu enyebabkan ia harus mendekam di neraka selama tujuh
puluh tahun.” (H.R. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah r.a)
Kesantunan
berbicara dimanifestasikan dalam tiga hal :
• Berbicara
pelan jangan mengeraskan suara diatas volume yang dibutuhkan pendengar karena
hal itu tidak sopan dan menyakitkan. Wanita yang bersuara keras menunjukkan ia
belum terdidik sempurna dan masih membutuhkan evaluasi panjang dengan dirinya
sendiri.
• Memperhatikan pembicaraan lawan bicara dan
tidak menjatuhkan harga dirinya hal ini dapat dicapai dengan tersenyum,
berbicara sesuatu yang menjadi perhatian/kesenangan lawan bicara, dan simak
lawan bicara dengan penuh perhatian.
• Tidak
memotong pembicaraan
(5). Jangan
berbohong.
“Tidak
beriman seorang hamba dengan keimanan yang sepenuhnya sampai ia meninggalkan
bohong meski dalam bercanda dan meninggalkan perdebatan meskipun dalam posisi
benar” (H.R. Ahmad dari Abu Hurairah r.a. )
Iman dan
kebohongan tidak bisa menyatu dalam hati seorang mukmin. Kebohongan akan
mengarah kepada kemunafikan. Keduanya seperti dua sisi mata uang yang
bersisian. Tidak ada yang bernama bohong putih atau bohong hitam, kebohongan
kecil tetaplah ditulis sebagai kebohongan. Sikap seperti membanggakan diri,
bercanda, dan berkelakar juga dapat menjerumuskan kepada kebohongan. Bentuk
kebohongan terbesar terhadap Allah adalah kebohongan dalam berniat, berjanji,
dan beramal. Bohong yang diperbolehkan adalah bohong untuk mendamaikan dua
orang yang bersiteru, bohong dalam perang, dan bohong untuk menyenangkan
suami/istri.
(6).
Tinggalkan perdebatan.
“Sesungguhnya
tadi aku keluar untuk memberitahukan kepada kalian tentang Lailatul Qadar,
namun di tengah jalan si Fulan dan Fulan sedang bertengkar mulut, maka
dihapuskanlah (pengetahuan tentang itu). Semoga (penghapusan) ini lebih baik
bagi Anda sekalian. Telisiklah ia pada malam ketujuh, kesembilan, dan kelima
(terakhir bulan Ramadhan)” (H.R. Al-Bukhari dari Ubadah bin Ash-Shamit)
Rasulullah
hendak memberikan kabar gembira mengenai waktu turunnya lailatul qadr secara
pasti, tetapi pengetahuan tentang ini dilupakan darinya karena mendengar perdebatan.
Berdebat tidak baik karena ia membuka kesempatan kepada syaitan untuk turut
melakukan provokasi didalamnya. Debat dapat memunculkan fitnah, keraguan,
menghapuskan amalan, mengeraskan hati, melahirkan dendam, dll. Arena yang
paling disukai setan adalah permusuhan dimana tiap pihak berusaha untuk
menunjukkan aib pihak lain dan menyucikan dirinya sendiri, dan debat dijadikan
saran untuk memperoleh kemenangan semu. Dengan meninggalkna debat, itu adalah
bukti kepercayaan kepada diri sendiri, keimanan pada manhaj, dan keyakinan
kepada Allah SWT. Debat yang diperbolehkan adalah dengan menggunakan
argumentasi yang lebih baik dan santun. Bertahan dengan cara yang baik dengan
berdiskusi dan memaparkan argumentasi secara santun, sembari meminta maaf dan
memaafkan kesalahan ucap.
(7). Jangan
bakhil (pelit).
Predikat paling buruk yang disandang oleh
wanita muslimah adalah jika ia disebut wanita bakhil/pelit.
Orang bakhil
yang paling bakhil dapat dibagi tiga :
• Orang yang
bakhil dengan dunia di jala akhirat.
• Orang yang
bakhil pada dirinya sendiri dengan dalih zuhud meninggalkan keduniaan.
• Orang yang mendengar nama Nabi SAW disebut
dihadapannya namun ia tidak bershalawat.
Salah satu
makar orang bakhil adalah memeluk erat-erat uangnya semasa hidup, namun begitu
diambang kematian ia lantas membagi-bagikan apa yang dimilikinya kepada ahli
waris.
Berikut
manifestasi yang mengekspresikan sifat tidak bakhil :
• Mengeluarkan zakat wajib.
• Memberikan shadaqah.
• Menyuguhi
tamu.
• Memberikan
hadiah.
Satu lagi menifestasi bakhil dalam kehidupan
rumah tangga ialah bakhil dengan tidak melontarkan kata-kata manis dan
perasaan-perasaan mulia, khususnya dengan suami. (8). Tepiskanlah rasa dengki.
Surga yang luas disediakan khusus untuk orang-orang yang menahan amarah dan
memaafkan manusia. (Ali Imran 133-134). Abu Hamid Al-Ghazali mengatakan dalah
Ihya Ulumuddin bahwa,
“Marah
bertempat di hati. Kemarahan yang hebat berarti mendidihnya darah di dalam hati
menuntut pembalasan yang merupakan makanan marah dan syahwatnya, dan ia tidak
akan tenang kecuali dengan penuntasannya.”
Dengki
didefenisikan sebagai memendam permusuhan di dalam hati dan menunggu-nunggu
kesempatan pemuasannya. Muncul ketika merasa muak dan jengkel terhadap
seseorang.
Dengki akan
melahirkan 8 buah kezaliman terhadap orang lain :
• Hasud
• Mencaci
maki saat terjadi bala cobaan
• Mendiamkan
•
Melecehkan, berpaling, menjauh
• Ghibah
•
Mengolok-olok
• Menyakiti fisik
• Menahan kucuran kemurahan (pemberian dan
silaturrahim) Jika orang shahih jengkel, maka berbuat adil. Jika orang budiman
jegkel, maka mereka bertindak mulia.
Jika orang
naif jengkel, mereka bertindak semena-mena. Untuk mencapai status
Ash-Shiddiiqiin (orang-orang budiman) maka ada tiga tangga yang harus dilalui,
yaitu :
• Menahan amarah
• Memaafkan
kesalahn manusia
• Berbuat
baik kepada orang yang memusuhi
(9).
Dilarang iri/hasud.
Hasud adalah
reaksi jiwa dan penyakit hati yang menganggap nikmat Allah yang
diterima seesorang terlalu banyak untuknya sembari mengangan-angankan raibnya
kenikmatan tersebut dari mereka. Faktor penyebab diantaranya :
• Permusuhan, kebencian, kemarahan,
kedengkian.
• Takabur
dan arogan
• Kegearan
pada dunia
• Ambisi kekuasaan
• Kebusukan
jiwa dan kekerdilan dari kebaikan Hasud adalah senjata makan tuan yang
menghasilkan mudarat dunia dan keagamaan. Orang yang dihasudi justru berada
diatas angin sebab ia memperoleh beragam keuntungan dengan kehasudan orang yang
menghasudinya, di dunia maupun di akhirat.
Obat
penyembuh hasud adalah ilmu dan amal. Ilmu : orang alim adalah orang yang tidak
hasud pada orang yang lebih tinggi dan tidak melecehkan orang lebih rendah
(tingkat keilmuannya). Amal : dengan amal proses pengurungan hasud bisa
berjalan dengan sempurna.
(10).
Pantang terpedaya (Ghurur) Ghurur adalah bentuk kelalaian dan keterpedayaan dan
merupakan predikat yang menempel pada setiap penipu.
Ghurur
memiliki tiga sumber utama :
• Tertipu
oleh angan kehidupan dunia –> merasa Allah memberinya kehidupan dunia yang
melebihi orang lain dan beranggapan karunia tersebut sebagai kelebihan, bukan
sebagai kemurahan, dan mungkin mengandung ujian dan cobaan apakah ia bersyukur
atau malah kufur.
• Tertipu
oleh janji setan –> setan senantiasa memberi bisikan yang membesarkan
dirinya sehingga tidak lagi peduli pada dosa besar dan kecil.
• Tertipu
oleh angan ampunan Allah –> Allah mencela kalangan ahlul kitab, orang
munafik, dan pemaksiat atas ilusi dan keterpedayaan mereka o Ilusi ahlul kitab
–> bahwa dengan kekuatan yang dimiliki, mereka bisa mengalahkan Allah. o
Ilusi orang munafik –> mereka berpikir bahwa di akhirat kelak mereka bisa
mengatakan hal yang sama yang pernah mereka katakan kepada kaum mukminin
sewaktu di dunia, bahwa mereka bersama-sama kaum mukminin.
Manifestasi
ghurur cukup beragam, diantaranya :
• Meremehkan amalan-amalan ringan
• Mencemooh
kaum papa dan fakir miskin, enggan bergaul dengan mereka. Untuk mengatasinya,
letakkanlah gumpalan pahala di depan mata Anda ketika melakukan amalan-amalan
sepele dan ringan
Comments
Post a Comment