Oleh Ustadz Marwan
Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhu – menuturkan bahwa
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda :
مَا تركْتُ بَعْدي فِتْنة هي أضَرّ
على الرجال من النّساء
Tiada aku tinggalkan suatupun fitnah yang lebih
berbahaya bagi kaum pria daripada fitnah dari kalangan para wanita. Hadits
Muttafaqun ‘alaihi Makna hadits ini :
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam mengkhabarkan bahwa
tidaklah beliau meninggalkan setelah sepeninggalnya suatu fitnah yang lebih
berbahaya atas kaum pria daripada fitnahkalangan wanita. Karena keadaan manusia
itu sebagaimana difirmankan dalam ayat Allah Ta’aala :
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ
مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ
وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Dijadikan hiasan pada pandangan manusia itu kecintaan
kepada apa-apa yang diingini, dari para wanita, anak-anak, harta yang banyak
dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali
yang baik. (Ali Imran : 14)
Semua perkara (yang disebutkan dalam firman Allah
tersebut) adalah perkara-perkara yang dijadikan indah atas pandangan manusia
dalam kehidupan dunia mereka, dan menjadi sebab terfitnahnya manusia di dunia
ini. Dan dari seluruh perkara tersebut yang paling dahsyat adalah fitnah dari
kalangan para wanita. Sehingga Allah Ta’aala menjadikan permulaan penyebutan
para wanita. Dijadikan hiasan pada pandangan manusia itu kecintaan kepada
apa-apa yang diingini, dari para wanita dan khabar dari Nabi tersebut di atas
dimaksudkan dengannya peringatan dari fitnah para wanita. Dan diharapkan
manusia terperingatkan dari hal tersebut. Karena mereka adalah manusia ketika
dihadapkan atas mereka fitnah maka sangat dikhawatirkan mereka terjatuh
padanya. Dan diambil faedah dari hadits tersebut di atas :
Setiap individu hendaklah menutup segala jalan yang
akan menjadikan fitnah berkaitan dengan wanita. Dan segala perkara yang akan
menjadikan fitnah berkaitan dengan wanita maka wajib bagi setiap muslim untuk
memadamkannya. Sehingga diwajibkan atas para wanita untuk berhijab dari kaum
pria yang bukan mahram, wajib untuk menutup wajahnya demikian pula wajib untuk
menutup kedua tangannya dan kedua kakinya sesuai pendapat mayoritas kalangan
para ulama. Dan diwajibkan pula bagi para wanita untuk menjaukan diri dari
tempat-tempat yang dimungkinkan bercampur dengan kaum lelaki, dikarenakan
apabila para wanita berada bersama di tempat-tempat yang disitu adalah tempat
kalangan kaum pria adalah merupakan fitnah dan sebab kejelekan dari dua sisi,
sisi laki-laki dan dari sisi para wanita itu sendiri. Bahkan sekalipun di
masjid dan dalam keadaan sholat, sehingga Nabi shallallahu’alaihi Wa sallam
pernah mengatakan :
خير صُفوفِ الرجال أولها وشرّها اخرها
و خير صُفوفِ النّساء اخرها وشرّها أولها
Sebaik-baik shof laki-laki dalam sholat adalah yang paling
awal dan yang paling jelek adalah yang paling akhir.Dan sebaik-baik shof wanita
(di masjid yang ada padanya kaum pria, pent) adalah yang paling akhir dan yang
terjelek adalah yang depan.
Semua itu dimaksudkan adalah dalam rangka agar wanita
jauh dari tempat keberadaan para laki-laki di dalam masjid. Sehingga ketika
semakin jauh keberadaan mereka dengan kaum laki-laki maka yang demikian itu
lebih baik dan lebih utama. Kemudian sekarang pertanyaannya :
Kalau yang demikian itu di masjid, dan dalam keadaan
ibadah kepada Allah Ta’aala, kemudian bagaimana dengan ikhtilath di
tempat-tempat yang lain?
Seorang yang fitrah keislamannya masih lurus akan
berusaha untuk menjauhkan dari keterjatuhan dalam hal ikhthilat tersebut. Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam dahulu memerintahkan kepada para wanita untuk
keluar rumah dalam rangka menghadiri sholat hari raya, akan tetapi para wanita
di saat itu tidaklah bercampur dengan kalangan kaum pria, bahkan mereka berada
pada tempat khusus, dan hal tersebut diketahui yaitu jika Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam telah usai memberikan khutbah bagi kaum pria maka
beliau shallallahu’alaihi wa sallam kemudian menuju mendekat ke tempat khusus
para wanita tersebut dan beliau kemudian memberi nasehat dan mengingatkan
kepada mereka. Ini menunjukkan bahwa para wanita berada di tempat yang jauh
dari kalangan laki-laki saat menghadiri sholat hari raya.
Demikian itu di masa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa
sallam, masa dimana kokoh agama mereka dan mereka jauh dari berbagai perbuatan
fakhisah (keji), bagaimana di masa kita ini?(Rujukan : Syarah Riyadhus
Shaalihin karya Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin rahimahullah dengan
beberapa tambahan).
Kemudian kita menengok keadaan di masa sekarang ini,
masa di mana jauh dari masa hidupnya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
dan kehidupan para sahabat Rasulullah, tidakkah hati kita merasa risih
menyaksikan berbagai bentuk ikhthilat yang hampir merata di segala tempat dan
keadaan? Janganlah membiarkan keadaan hati-hati kita dalam keadaan sakit, sementara
syaithon terus mendorong agar manusia berada pada perbuatan dosa. Dan dunia
dikelilingi oleh kesenangan syahwat, sementara jiwa senantiasa memerintahkan
kepada kejelekan. Barangsiapa yang menjaga ketaqwaan kepada Allah Ta’aala,
Allah mesti memberikan jalan keluar, dan siapa yang bertaqwa kepada Allah pasti
Allah jadikan segala urusannya adalah kemudahan.
Comments
Post a Comment